By me ^^

~ Untuk Selamanya ~


“FARAH, WAIT FOR MEEEE!!!!!!” suara melenging nan manja keluar dari bibir mungil milik Renita yang berlari mengejar seseorang. Yang dipanggil menghentikan langkahnya kemudian berbalik. Tertawa cengengesan. Bukan karena melihat Renita berlari mengejarnya, tapi melihat supir Renita, Pak Kardi yang dengan nafas tinggal satu satu mengejar Renita sambil melambai lambaikan kotak bekal Renita yang ketinggalan.
“Lo sama Pak Kardi kocak banget sih, masih pagi juga” Farah berusaha mengontrol tawanya ketika Renita berhasil mensejajari langkahnya. “Sini gue bantu bawa. Banyak banget nih buku lo. Apaan sih ini?” Farah menbolak balik buku tebal yang diambil alihnya dari Renita. Alisnya sedikit terangkat, penasaran. Belum pernah dilihatnya buku Renita yang ini.
‘Thanks ya Rah. Oh itu, bukunya Opa yang mau dipinjam sama tante Indah. Gue deh yang disusahin sama tuh buku tebal” sesal Renita. Tante Indah adalah adek perempuan mamanya Renita yang juga guru fisika di SMA mereka yang lagi mempersiapkan tsis untuk S2nya. Sementara Opa Renita merupakan seorang professor fisika disalah satu perguruan tinggi negeri di kota mereka. Wajar jika tante minta buku ke Opa dan melibatkan Renita sebagai kurirnya.
“Muka lo kok kusut baget sih Rah? Belum disetrika tuh muka tadi pagi?” tanya Renita setelah mereka sampai di kelas.
“Sial lo!” Farah membanting tas ranselnya ke meja dan menimbulkan kegaduhan di kelas yang pagi itu sudah ramai jadi semakin bising saat semua penghuni kelas ber-woooo ria meneanggapi kegaduha yang diciptakan Farah. Menghindari keributan yang berkelanjutan, Renita bergegas menarik tangan Farah ke luar. Mereka berlari kecil sambil tertawa menikmati kekesalan teman sekelas mereka.
“Sini aja deh, Re” Farah mencampakkan pantatnay ke salah satu bangku yang ada di taman sekolah. Menghadap ke lapangan basket yang dipenuhi siswa laki laki sedang memperebutkan bola basket.
“Lo kok tahu aja ada pangeran gue dii sana?” wajah Renita tampak sumringah. Tatapannay tak berkedip melihat Reno, pangerannya yang sedasng bermain basket.
“Kalian udah jadian belum sih?” Farah merasa jijik dengan tingkat Renita. “Lo aja yang nembak duluan gih”
Mendengar perkataan Farah, kini Renita balik menatap Farah dengan mata yang membulat. “Farah, secara gue cewek. Masa gue yang nembak duluan?” tanya Renita. “ Lagian weekend ini Reno mau ngajak gue nonton. Mungkin aja kan ntar pas ngedate Reno nembak gue” jelas Renita percaya diri dan tersenyum lebar. Kembali dialihkannya pandangannya kea rah pangerannya tercinta, Reno. Farah juga ikutan melihat Reno. Tepat pada saat itu Reno melambaikan tangan ke arah mereka sambil tersenyum.
“Reno lihat gue Rah” bisik Renita histeris sambil membalas lambaian tangan Reno. 
“Ia Renita, gue lihat kok” kesal Farah.
Renita kembali menatap Farah setelah Reno kembali fokus pada basketnya. “Lo kenapa sih Farah sayang? Kok mood lo jelek banget sih pagi ini? Perasaan kemarin sore gak gini deh. Lo salah makan ya?” Renita menempelkan punggung tangannya ke dahi Farah dan langsung ditepis Farah.
“Anes balik ke Indonesia” Farah menarik nafas panjang. “Kemarin mamanya Anes telponan sama nyokap gue. Bilang kalau mereka balik ke Indonesia secepatnya dan minta bantuan nyokap gue untuk ngurus kepindahan Anes ke sekolah kita” Farah kembali menarik nafas panjang. Menyebut kembali nama Anes seolah menjadi beban yang teramat berat untuknya.
“Terus masalah buat elu apa Rah?” tanya Renita heran pada sahabatnya. “Bukannya lo senang bisa ketemu sama Anes lagi?”
Farah diam. Pikirannya kembali melayang pada pertemuan terakhirnya dengan Anes. Lonceng masuk berbunyi menyadarkan Farah dari lamunannya. Fraah bangkit berdiri dan berjalan ke arah kelasnya disusul oleh Renita dibelakangnya yang kebingungan.

JJJ

“Farah sayang, cepatan turun dong. Anes sudah lama nunggu kamu ini” teriak lembut mama Farah dari ujung tangga.
Mendengar mamanya menyebut nama Anes membuat Farah semakin gugup. Dia kembali mematut dirinya di cermin. Dress soft pink miliknya ini memang bukan keluaran terbaru, tapi Farah sangat menyukai dress ini dan ia memakainya saat bertemu Anes, sebentar lagi.
Farah menuruni anak tangga dengan kikuk. Tenang Farah keep calm, bisiknya dalam hati. Jantungnya berdetak sangat cepat melebih normal. Kepalanya semakin ditekuk ketika menuruni anak tangga terakhir. Samar didengarnya suara seorang wanita berbisik, “Farah sudah dewasa ya Jeng. Makin cantik.” Kuping Farah sedikit naik tapi ia masih belum berani mengangkat wajahnya bahkan saat mamanya menuntunnya berjalan ke arah sofa tamu.
“Farah, kasih salam sama om dan tante Viola dong” bujuk papa Farah. “Kamu masih ingat om dan tante ini kan?”
“Hai om, tante” Farah mengangkat wajahnya dan tersenyum malu. Alisnya sempat terangkat sedikit, bingung. Dia tidak menemukan Anes bersama orang tuanya. Anes dimana?
“Farah, ketaman belakang gih. Ada yang udah lama nungguin kamu disana. Cepatan. Ntar dia marah lo” paksa maam Farah. Farah diam, bingung. Tapi ia tetap melangkahkan kakinya ke arah taman belakang. Sialnya dia tidak menemukan siapapun di sana. Hingga saat dia berbalik…
“Apa kamu mau aku nunggu lebih lama lagi?” suara yang sangat dikenal Farah berasal dari balik pintu pembatas teras dan ruangan dalam.
“An…Anes..” bisik Farah terbata. Sosok lelaki jangkung nan tampan itu mendekati Farah. Sangat dekat hingga Farah nyaris kehilangan keseimbangannya.
“I miss you my princess” bisik Anes tepat di telinga Farah.
Mendengar itu Farah tertegun. Tak menyangka itu adalah kalimat pertama yang di ucapkan Anes setelah sekian lama mereka tidak bertemu. Bukannya tidak suka, tapi Farah masih belum menerima kenyataan yang ada di hadapannya sekarang, Anes. Terasa seperti mimpi.
“Kok diam aja? Jawab dong” Anes menatap Farah dengan tatapan menggodanya.
“A..aa…aku..” Farah terbata. Lidahnya masih terasa kelu akibat bisikan Anes tadi.
Anes menatap lekat Farah. Dan itu berhasil membuat gadis dihadapannya ini menjadi semakin gugup. Anes tersenyum tipis, sangat manis. Mereka terdiam cukup lama, hening. Melihat Farah yang tidak juga member respon Anes bermaksud untuk berjalan memasuki rumah.
“I miss you too Anes” kali ini Farah menatap Anes dalam, tepat dimata coklat milik lelaki tampan ini. Anes tersenyum lebar dan meraih Farah dalam pelukannya. Ia sangat menunggu Frah mengucapkan kata kata itu. Anes semakin mempererat pelukannya dan Farah hanya bisa membalas pelukkan Anes karena ia juga merasakan rindu yang teramat dalam, sama seperti rindu yang dirasakan lelaki yang dipeluknya sekarang ini.
“Aku kangen banget sama kamu, Rah” bisik Anes. “Aku bahagia bisa ketemu lagi sama kamu” Anes melepas pelukkannya dan menatap wajah Farah yang kini merona merah bagai tomat. “Farah..”
“Hmm…” Farah berdehem menahan malu. Tak ada keberanian untuk membalas tatapan Anes.
“Lihat aku” Anes mengangkat dagu Farah lembut. Farah yang terkejut dengan sentuhan itu hanya diam dan pikirannya sibuk tak menentu memikirkan kata kata yang tepat untuk mewakili ciptaan Tuhan yang tertampan dihadapannya ini.
Kamu kok bisa seganteng ni sih Anes. Ngalahin pangeran yang di tipi tipi itu deh, geram Farah dalam hati.
“Kamu bilang aku ganteng kan?” tebak Anes.
“Ishh.. apaan sih lo. Geer banget” Farah menepis tangan Anes yang sedari tadi menyentuh dagunya.
“I know everything about you Farah. Always.” kali ini Anes memegang kedua tangan Farah.
“Anes.. aku..” Farah bingung harus menjawab apa. Ia takut untuk menyakiti hati Anes untuk kesekian kalinya seperti dulu yang pernah ia lakukan kepada Anes yang tak ragu untuk tulus mencintainya. Farah memeluk Anes. Saat ini tak ada kata kata yang mampu mewakili perasaaannya. Perasaan senang, bahagia, terharu dan takut. Ya takut, takut jika ia kembali mengulang kesalahan yang mengharuskannya menghilang lagi dari kehidupan Anes.

JJJ


No comments: